BAB I
PEMBAHASAN
1.
Sistem
Ekonomi Indonesia
1.1 Pengertian sistem.
Sistem
merupakan suatu “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek)
serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek
pembentuk sebuah sistem dapat berupa masyarakat, untuk suatu sistem sosial,
makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau sistem
lingkungan, barang atau alat, untuk suatu peralatan, data, atau kumpulan fakta,
untuk suatu sistem informasi atau bahkan kombinasi dari subjek-objek tersebut.
Keserasian
hubungan antarsubjek termasuk syarat sebuah sistem untuk mencapai tujuan
tertentu. Keserasian itulah yang dijadikan petunjuk dapat dijalankan sehingga
tercapainya tujuan yang diinginkan oleh sistemnya. Guna membentuk dan
memelihara keserasian tersebut perlu ada kaidah atau norma yang harus dipatuhi
oleh subjek yang ada dalam bekerja dan berhubungan satu sama lain. Kaidah atau
norma bisa berupa aturan atau peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis
untuk suatu sistem yang menjalin hubungan satu sama lain.
1.2
Sistem
Ekonomi dan Sistem Politik
Sistem
ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengatur perilaku masyarakat
dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk menraih suatu tujuan. Sistem
perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain ideologi bangsa, sifat dan jati diri bangsa, dan struktur ekonomi.
Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsure manusia sebagai subjek, barang-barang
ekonomi sebagai objek dan seperangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalinnya
dalam kegiatan berekonomi. Perangkat kelembagaan dimaksudkan meliputi
lembaga-lembaga ekonomi formal maupun informal, cara kerja, mekanisme hubungan,
hukum atau peraturan perekonomian serta kaidah atau norma lain yang dipilih
atau diterima oleh masyarakat.
Dalam
perangkat kelembagaan terdapat kebiasaan, perilaku, dan etika masyarakat yang
diterapkan dalam berbagai aktivitas yang berkenaan dengan pemanfaatan
sumberdaya bagi pemenuhan kebutuhan. Dan sebuah sistem ekonomi sesungguhnya
merupakan salah satu unsure dalam suatu suprasistem kehidupan masyarakat dan
juga termasuk bagian dari kesatuan ideology kehidupan bermayrakat di suatu
Negara. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi tertentu disebuah Negara akan berjalan
mulus jika lingkungan kelembagaan masyarakatnya mendukung.
Benang
merah hubungan sistem ekonomi dengan sistem politik adalah, sbb :
1.
Liberalisme (liberal) dengan Komunisme (komunis), konteksnya adalah
ideology politik.
2.
Demokrasi (demokratis) dengan Otokrasi (otoriter), konteksnya adalah rejim
pemerintahan (cara pemerintah).
3.
Egalitarianism (egaliter) dengan Etatisme (etatis), konteksnya adalah
penyelenggaraan kenegaraan.
4.
Desentralisme (desentralistis) dengan Sentralisme (sentralistis), konteksnya
adalah struktur birokrasi.
5.
Kapitalisme (kapitalis) dengan Sosialime (sosialis), konteksnya adalah
ideology ekonomi.
6.
Mekanisme Pasar dengan Perencanaan Terpusat, konteksnya adalah
pengelolaan ekonomi.
Sistem
ekonomi suatu Negara bersifat khas, sehingga dapat dibedakan dari sistem yang
berlaku atau diterapkan di Negara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan,
yakni :
a. Sistem pemilikan sumber daya
atau faktor-faktor produksi.
b. Keleluasaan masyarakat untuk saling
berkompetisi satu sama lain dan untuk menerima imbalan atas prestasi kerjanya.
c. Kadar peranan pemerintah dalam
mengatur, mengarahkan, dan merencanakan kehidupan bisnis dan perekonomian pada
umumnya.
1.3
Kapitalisme
dan Sosialisme
Ø
Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis)
Sistem ekonomi
Pasar/Liberal/Kapitalis adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh
kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi liberal merupakan
sistem perekonomian yang memberikan kebebasan seutuhnya dalam segala bidang
perekonomian kepada setiap orang untuk memperoleh keuntungan yang seperti dia
inginkan. Sistem ekonomi liberal banyak dianut negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat.
Ciri-ciri :
- Menerapkan
sistem persaingan bebas
- Kedaulatan
konsumen dan kebebasan dalam konsumsi
- Peranan
pemerintah dibatasi
- Peranan
modal sangat penting
Kelebihan :
- Setiap
individu bebas memiliki alat produksi sendiri
- Kegiatan
ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan
- Produksi
didasarkan kebutuhan masyarakat
- Kualitas
barang lebih terjamin
Kekurangan :
- Sulit
terjadi pemerataan pendapatan.
- Rentan
terhadap krisis ekonomi
- Menimbulkan
monopoli
- Adanya
eksploitasi
Ø
Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis)
Sistem ekonomi etatisme/sosialis
merupakan sistem ekonomi dimana ekonomi diatur negara. Dalam sistem ini,
jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah
pusat. Dalam perekonomia ini yang menjadi dasar adalah Karl Marx , dia berpendapat
bahwa apabila kepemilikan pribadi dihapuskan maka tidak akan memunculkan
masyarakat yang berkelas-kelas sehingga akan menguntungkan semua pihak. Negara
yang menganut sistem ini seperti Rusia, Kuba, Korea Utara, dan negara komunis
lainnya.
Ciri-ciri :
- Hak
milik individu tidak diakui.
- Seluruh
sumber daya dikuasai negara.
- Semua
masyarakat adalah karyawan bagi negara.
- Kebijakan
perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah.
Kelebihan :
- Pemerintah
lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
- Kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi secara merata.
- Pelaksanaan
pembangunan lebih cepat.
- Pemerintah
bebas menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat.
Kekurangan :
- Individu
tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha
- Tidak
ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
- Potensi
dan kreativitas masyarakat tidak berkembang.
1.4
Persaingan Terkendali
Dari
sistem kepemilikan sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi, dinyatakan
bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah kapitalistik. Tetapi ada pula yang
mengatakan bahwa Indonesia menganut sistem ekonomi sosialis. Jadi, secara
konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalis dan bukan juga
sosialis. Kompetisi untuk memperbaiki taraf kehidupan, baik antarindividu
maupun antarbadan usaha, tidak dikekang. Berkenaan dengan kompetisi
antarindividu, pemerintah tidak membatasi pilihan orang dalam memasuki bidang
pendidikan/keahlian yang diminati.
Sehubungan
dengan persaingan antarbadan usaha , tidak terdapat rintangan bagi suatu
perusahaan untuk memasuki bidang usaha tertentu. Namun dalam menghindari
persaingan tak sehat dalam pasar barang tertentu sudah jenuh, pemerintah
mengendalikannya dengan membuka prioritas bidang usaha termasuk prioritas
lokasi usaha. Pengendalian yang dimaksud adalah dengan mengumumkan Daftar
Negatif Investasi (DNI). Dalam menerima imbalan atas prestasi kerja juga tidak
ada kekangan. Sangat terbuka peluang bagi setiap pekerja/pemodal untuk
mendapatkan imbalan melebihi dari sekadar kebutuhan. Pemerintah justru mengatur
ketentuan upah minimum bagi pekerja, agar memenuhi standar kebutuhan hidup
minimum yang layak.
2.
Sejarah
Ekonomi Indonesia
2.1
Sejarah
Pra Kolonialis
Pada
masa sebelum kekuatan
Eropa Barat mampu menguasai daratan
dan perairan Asia Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita
kenal sebagai Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh
berbagai kerajaan dan kekaisaran, kadang hidup berdampingan dengan damai
sementara di lain waktu berada pada kondisi berperang satu sama lain. Nusantara
yang luas tersebut kurang memiliki rasa persatuan sosial dan politik yang
dimiliki Indonesia saat ini. Meskipun demikian, jaringan perdagangan terpadu
telah berkembang di wilayah ini terhitung sejak awal permulaan sejarah Asia.
Terhubung ke jaringan perdagangan merupakan aset penting bagi sebuah kerajaan
untuk mendapatkan kekayaan dan komoditas, yang diperlukan untuk menjadi
kekuatan besar. Tapi semakin menjadi global jaringan perdagangan ini di
nusantara, semakin banyak pengaruh asing berhasil masuk; suatu perkembangan
yang akhirnya akan mengarah pada kondisi penjajahan.Keberadaan sumber-sumber tertulis adalah yang
memisahkan masa sejarah dari masa prasejarah. Karena sedikitnya sumber-sumber
tertulis yang berasal dari masa sebelum tahun 500 Masehi, sejarah Indonesia
dimulai agak terlambat. Diduga sebagian besar tulisan dibuat pada bahan yang
mudah rusak dan - ditambah dengan iklim tropis lembab dan standar teknik
konservasi yang berkualitas rendah pada saat itu - ini berarti bahwa sejarawan
harus bergantung pada inskripsi/prasasti di atas batu dan studi sisa-sisa candi
kuno untuk menelusuri sejarah paling terdahulu nusantara. Kedua pendekatan ini
memberikan informasi mengenai struktur politik tua karena baik sastra maupun
pembangunan candi adalah contoh budaya tinggi yang diperuntukkan bagi elit
penguasa.Sejarah Indonesia memiliki ciri sangat khas, yaitu umumnya berpusat di
bagian barat Nusantara (khususnya di pulau Sumatera dan Jawa). Karena sebagian
besar bagian timur Nusantara memiliki sedikit kegiatan ekonomi sepanjang
sejarah (terletak jauh dari jalur perdagangan utama), hal itu menyebabkan
sedikitnya kegiatan politik; suatu situasi yang berlanjut hingga hari ini.
2.2
Sistem
Ekonomi Kapitalisme Liberal
Sistem ekonomi Liberal/Kapitalis
adalah sistem ekonomi yang aset dan faktor produksinya yang hampir sebagian
besar dimiliki oleh swasta/pribadi. Dalam kegiatan produksinya, perusahaan
berusaha untuk mendapat keuntungan/profit sebesar-besarnya. Sistem perekonomian
ini, memberikan kebebasan pada setiap orang dalam proses ekonomi.
Ciri – ciri ekonomi
Liberal/Kapitalis adalah
- secara
keseluruhan barang yang di hasilkan bermutu tinggi
- masyarakat
diberi kebebasan dalam memiliki sumber produksi
- timbul
persaingan dalam masyarakat
- pemerintah tidak ikut campur
secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
Dalam sistem ekonomi
apapun tidak terlepas adanya Keuntungan dan kelemahan dalam menjalankan sistem
ekonomi. Liberal/Kapital sendiri pun memiliki 2 posisi tersebut. Keuntungan
sistem ini adalah :
-
mengahasilkan
barang – barang bermutu tinggi, timbulnya rasa ingin maju dari
masyarakat
- semua yang dilakukan dilakukan secara efisien
dan efektif, dan untung yang besar.
·Lalu disisi lain sistem ini memiliki kelemahan yaitu :
- karena
persaingan begitu bebas maka terjadilah persaingan yang tidak sehat antar
masyarakat
- terjadinya
jenjang sosial yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin
- sulitnya
pemertaan pendapatan.
2.3 Era Pendudukan Jepang
Konstelasi peta politik pada masa
perang dunia II nampaknya berimbas pada konstelasi politik di Indonesia, durasi
penjajahan Jepang di Indonesia tidak berlangsung lama, karena hanya berjalan
hingga sekitar tahun 1945. Secara besar penjahan Jepang di Indonesia diawali
pasa bulan juni 1942. Bulan Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pertemuan pertamanya pada bulan Mei,
Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan radjiman Widioningrat diterbangkan ke
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Kebijakan
ekonomi pada jaman penjajahan Jepang, terdiri atas :
1. Perluasan Areal Persawahan
2. Pengawasan Pertanian Dan Perkebunan.
Perluasan areal persawahan guna
meningkatkan produksi beras. Meskipun demikian produksi pangan antara tahun
1941-1944 terus-menurun. Pada jaman Jepang hasil pertanian diatur sebagai
berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan
harga yang sangat murah, dan 305 harus diserahkan ke lumbung desa. Badan yang
menanganimasalah pelanggaran disebut Kempetei (Korps Polisi Militer), suatu
badan yang sangat ditakuti rakyat. Jepang mengizinkan dua jenis tanaman
perkebunan yaitu karet dan kina kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung
dengan kepentingan perang. Sedangkau tembakau, teh, kopi harus dihetikan
penanamannya Karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Jepang menduduki
Indonesia hanya tiga tahun setengah, sedangkan Belanda menjajah Indonesia
selama tiga abad.
2.4 Ekonomi Indonesia Setiap Periode Pemerintahan
Orla,Orba dan Reformasi
Ø Masa Orde
Lama ( 1945 – 1967 )
Perekonomian
Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati karena pada masa tersebut,
Indonesia merupakan Negara yang baru saja merdeka. Dalam masa ini, perkembangan
perekonomian dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu :
1. Masa
Kemerdekaan ( 1945 – 1950 )
Keadaan ekonomi pada masa awal
kemerdekaan dapat dibilang sangat tidak menggembirakan. Hal itu terjadi karena
adanya inflasi yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik
Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang, namun adanya blockade ekonomi oleh
Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan
kas Negara. Akibatnya Negara berada dalam kondisi krisis keuangan dan kondisi
itu tentu membahayakan bagi keberlangsungan perekonomian Indonesia pada saat
itu.
Dalam
menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh beberapa kebijakan, yaitu :
1. Pinjaman
Nasional
Pinjaman nasional dilakukan oleh
menteri keuagan kala itu dengan persetujuan Badan Pekerja Komiter Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan
dalam jangka waktu 40 tahun. Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana segar
bagi operasionalisasi penyelenggaraan Negara.
2. Pemenuhan
Kebutuhan Rakyat
3. Melakukan
Konferensi Ekonomi
Pembahasan mengenai peningkatan
hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status
administrasi perkebunan asing dilakukan melalui konferensi ekonomi.
4. Membuat
Rencana Pembangunan
Dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo
Plan) untuk melengkapi pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan,
distribusi bahan makanan, sandang, serta status perkebunan asing. Dalam dokumen
ini meliputi anjutan memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, mencegah
penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah
terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
5. Membangun
Partisipasi Swasta Dalam Pembangunan Ekonomi
Pemerintah berusaha menggandeng
swasta untuk mewujudkan rencana-rencana diatas.
6. Nasionalisasi
Bank Indonesia
Selain kebijakan di atas, muncul
pula kebijakan yang dikenal dengan sebutan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan
Sistem Ekonomi Ali-Baba. Kondisi perekomiman pada masa ini lebih banyak
berkutat pada bagaimana menyelesaikan permasalahan ekonomi dasar namun hal
inipun juga tidak bisa berjalan dengan baik akibat situasi politik yang tidak
stabil.
Ø Masa Orde
Baru ( 1967 – 1998 )
Masa Orde Baru identik dengan masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Dikenal beberapa tahapan pembangunan yang
menjadi agendanya. Orde Baru mengawali rezimnya dengan menekankan pada
prioritas stabilitas ekonomi, dan politik. Program pemerintah berorientasi pada
pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan Negara, dan pengamanan kebutuhan
pokok rakyat. Pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang baru melalui
pendekatan demokrasi pancasila, dan secara perlahan campur tangan pemerintah
dalam perekonomian mulai masuk.
Pentingnya aspek pemerataan disadari
betul dalam masa ini sehingga muncul istilah 8 (delapan) jalur pemerataan
sebagai basis kebijakan ekonominya, yaitu :
1) Kebutuhan Pokok
2) Pendidikan dan kesehatan
3) Pembagian pendapatan
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
6) Partisipasi
wanita dan generasi muda
7) Penyebaran
pembangunan
8) Peradilan
Agar implementasi kebijakan tersebut
dapat terlaksana dengan baik dan terencana, maka kebijakan tersebut
dilaksanakan dengan sebutan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun)
dan berlangsung dalam periodisasi lima tahunan sehingga dikenal dengan sebutan
Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Pelita menunjukkan hasil yang signifikan dalam
proses pembangunan ekonomi, terbukti pada tahun 1984 Indonesia berhasil
swasembada beras, menurunkan angka kemiskinanm meningkatkan partisipasi
pendidikan, penurunan angka kematian bayi, dan peningkatan sector industri,
berhasil dalam mengendalikan jumpal penduduk melalui program Keluarga Berencana
(KB).
Sisi negatif dari Pelita adalah
kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup, kerusakan suber daya alam,
ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, ketimpangan antar golongan
pekerjaan, akumulasi utang luar negeri yang semakin menumpuk serta muncul pula
konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Orde Baru berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi fundamental ekonomi justru rapuh.
Titik kulminasi keterpurukan Orde Baru berujung pada mundurnya Soeharto dari
kursi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Terlepas dari berbagai kontroversi
tentang perjalanan rezim Orde Baru, harus diakui bahwa Orde Baru paling tidak
telah meletakkan dasar-dasar perekonomian bagi rezim selanjutnya. Kondisi
politik yang relatif stabil menjadi modal bagi tumbuhnya perekonomian secara
baik.
Ø Masa
Reformasi (1998 - Sekarang)
Masa reformasi dianggap sebagai tonggak
baru perjalanan kehidupan bangsa Indonesia dari sisi sosial dan politik. Muncul
beberapa kebijakan yang kemudian menjadi landasan bagi perjalanan sejarah
Bangsa Indonesia kedepan. Kebijakan yang paling menonjol adalah adanya
pergeseran pengelolaan pemerintahan dari sentralitis menjadi desentralitis.
1. Masa
Presiden BJ. Habibie ( 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999 )
Salah satu tugas penting Presiden
Habibie adalah mendapatkan kembali komunitas Negara-negara donor untuk program
pemulihan ekonomi. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi
Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah :
1) Melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
2) Melikuidasi
beberapa bank yang bermasalah
3) Menaikkan
nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp 10.000,00
4) Membentuk
lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
5) Mengimplementasikan
reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
6) Mengesahkan
UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak
Shat
7) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
Meski hanya
singkat dalam masa pemerintahannya, namun Habibie menjadi peletak dasar bagi
pemerintahan selanjutnya.
2. Masa Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur ( 20 Oktober
1999 - 23 Juli 2001 )
Gus Dur memerintah dengan gaya yang
agak kontroversial. Banyak pernyataan-pernyataan yang membuat kebingungan
public sehingga berakibat seringnya muncul perdebatan di public yang tidak
memberikan pendidikan bagi masyarakat. Gus Dur juga gemar melakukan perjalanan
ke luar negeri, yang cenderung terkesan pemborosan. Keterbatasan fisiknya juga
mempengaruhi kinerjanya dalam menjalankan pemerintahan.
Perekonomian kala itu butuh
perhatian serius dalam penanganannya, salah satunya sector moneter dan untuk
mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi
Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kondisi perekonomian Indonesia pada
masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid memliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan,
di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku
bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai
stabil.
2) Hubungan
pemerintah dengan IMF kurang baik
3) Sosial dan
Politik yang tidak stabil dan semakin parah yang membuat investor asing menjadi
enggan untuk menanamkan modal di Indonesia
4) Makin
rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang cenderung negative dikarenakan lebih banyaknya kegiatan
penjualan daripada kegiatan pebelian dalam perdagangan saham di dalam negeri
Gus Dur
telah menghiasi bagian sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Di tengah
keterbatasan fisiknya dan gaya kontroversinya, Gus Dur juga telah meletakkan
dasar kebijakan yang dapat menjadi pijakan bagi pemerintahan selanjutnya.
3. Masa
Pemerintahan Megawati Soekarnoputri ( 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004 )
Mewarisi
kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan
Gus Dur ditunjukkan dengan adanya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia kurang berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri maupun
swasta. Selain itu, nilai tukar rupiah yang masih fluktuatif dan indeks harga
saham gabungan yang cenderung menurun.
Salah satu
masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi. Untuk
mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita dan
menurunkan kurs mata uang rupiah dibawah Rp 10.000,00 dan untuk mengatasi
korupsi dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masa
kepemimpinan Presiden Megawati, perekonomian Indonesia mulai mengalami kemajuan
walaupun masih ada beberapa kebijakannya yang memicu banyak kontroversi tetapi
Megawati sebagai presiden wanita pertama di Indonesia menjadi bagian dari
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Keberhasilannya dalam memperbaiki sector
moneter, dan membidani terbentuknya lembaga korupsi jelas merupakan modal
berharga bagi pemerintahan selanjutnya.
4. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(20 Oktober 2004 - Sekarang )
Merupakan presiden pertama yang
dipilih oleh rakyat melalui Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009. Pada masa
jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam dan menjadi tantangan
tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan
ekonomi Negara dan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan
SBY yang dianggap kontroversial yaitu :
1) Kebijakan
mengurangi subsidi BBM
Dilatarbelakangi
oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialhikan ke subsidi
sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
2) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai
(BLT)
Kebijakan
ini ditujukan untuk memberikan bantuan langsung berupa uang tunai kepada
masyarakat miskin namun pada kenyataannya kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan
yang berhak dan pembagiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial. Kebijakan
lain yang ditempuh adalah untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Kebijakan
ini dilakukan melalui pengendalian pembangunan infrastruktur, melalui ajang
pertemuan pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (tahun 2006). Event ini
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah. Dengan semakin
banyaknya investasi asing di Indonesia diharapkan jumlah kesempatan kerja juga
akan bertambah.
Perkembangan
dalam sector utang luar negeri juga menggembirakan. Pada pertengahan bulan
Oktober 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF. Lalu masa ini
juga ditandai dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun,
tingkat inflasi pada masa ini sempat membumbung tinggi.
Pada tahun
2010, perumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh signifikan seiring pemulihan ekonomi
dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian
Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial
yang terjadi di zona Eropa. Walaupun korupsi dan kemiskinan tetap menjadi
masalah di Indonesia namun setelah beberapa tahun berada dalam kepemimpinan
nasional yang tidak menentu, SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik
dan ekonomi di Indonesia. Era SBY meninggalkan beberapa masalah yaitu
implementasi pembangunan ekonomi terkesan seadanya karena belum muncul strategi
yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali bergairah. Hal ini dibuktikan
dengan masih banyaknya tingkat angka pengangguran dan kemiskinan yang sampai
sekarang masih menjadi perdebatan.
3.
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk
domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu setahun. PDB tidak
mempertimbangkan kebangsaan perusahaan atau warga negara yang menghasilkan
barang atau jasa negara tersebut.PDB dihitung berdasarkan nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh warga negara yang berdomisili di negara
tersebut, baik pribumi maupun warga negara asing. Nilai PDB dapat dihitung
dengan menggunakan harga yang berlaku atau harga dasar yang konstan. PDB
nominal mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga yang berlaku di pasar
pada tahun tersebut. Sedangkan PDB riil mengukur nilai barang dan jasa akhir
dengan menggunakan harga yang tetap. PDB yang dihitung berdasarkan pengeluaran
terdiri dari empat komponen utama yaitu konsumsi dinotasikan C, investasi
dinotasikan I, pembelian oleh pemerintah dinotasikan G, dan total bersih ekspor
atau ekspor neto dinotasikan dengan X – M. Notasi X untuk ekspor dan M untuk
impor. Ekspor neto (X – M) menunjukkan selisih antara nilai ekspor dan impor.
Bentuk aljabar dari GDP dapat ditulis sebagai berikut:
Y = C + I +
G + (X – M)
Y = PDB
Konsumsi, investasi, pembelian
pemerintah dan ekspor berkorelasi positif dengan GDP. Sedangkan impor
berkorelasi negatif. Setiap kenaikan komponen-komponen yang berkorelasi positif
akan menaikan nilai PDB. Sedangkan kenaikan komponen yang berkorelasi negatif
akan menurunkan nilai PDB . Setiap kenaikan konsumsi, investasi dan pembelian
pemerintah maupun ekspor cederung meningkatkan nilai PDB . Sedangkan peningkatan impor cenderung
menurunkan PDB Dengan demikian
peningkatan PDB dapat dilakukan dengan meningkatkan komponen-komponen yang
berkorelasi positif dan menurunkan komponen yang berkorelasi negatif.
Pendapatan pribadi berkorelasi positif terhadap besarnya nilai konsumsi.
Naiknya pendapatan akan meningkatkan nilai komsumsi rumah tangga. Ketika
komsumsi rumah tangga naik, maka PDB cenderung naik. Hal ini menjelaskan bahwa
peningkatan PDB dapat terjadi ketika pendapat pribadi naik. Investasi
dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga. Para pemilik
modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar daripada
tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan investasi menjadi tidak
menarik atau tidak menguntungkan. Ketika tingkat bunga tinggi sebagian modal
digunakan untuk mencari keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito atau
tabungan. Tingkat bunga tinggi pada akhir akan mengurangi jumlah modal yang
diinvestasikan. Jika pengeluaran investasi berkurang, maka PDB cenderung
menurun. Hal ini menjelaskan bahwa ketika tingkat bunga tinggi, dan deposito
lebih menarik bagi para investor, maka PDB akan cenderung turun . Pembelian
pemerintah adalah nilai barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat dan
daerah. Contoh pembelian pemerintah adalah pembelian peralatan militer,
pembangunan sarana umum, jalan, gaji pegawai dan jasa yang diberikan oleh
pemerintah. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh pendapatan pemerintah dari
pajak dan pendapatan bukan pajak, seperti perusahaan milik pemerintah. Jika
pengeluaran pemerintah turun, maka PDB cenderung turun. Hal ini menjelaskan
bahwa jika pendapatan pemerintah naik dan pembelian juga naik maka nilai PDB
akan naik. Karena salah satu pendapatan pemerintah adalah pajak, dan jika
pendapatan dari pajak naik, kemudian pemerintah membelanjakan pandapatan dari
pajak ini, maka naiknya pajak akan cenderung meningkatkaN PDB. Ekspor neto yang
dinotasikan dengan (X – M) adalah neraca perdagangan yang menunjukkan penerimaan
bersih dari transaksi internasional. Perubahan arah neraca perdagangan akan
mempengaruhi perubahan PDB. Nilai impor lebih besar daripada ekspor menyebabkan
neraca perdagangan menjadi defisit. Artinya nilai ekspor neto adalah negatif.
Defisit neraca perdagangan cenderung menurunkan nilai PDB . Hal menjelaskan
bahwa untuk dapat meningkatkan PDB dapat dilakukan dengan peningkatan ekspor
dan penurunan impor.
3.2 Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atausuatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan
konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan
pendapatan setiap tahun. (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan
penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan).
Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan
mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut
(cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan
ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
kesempatan kerja itu sendiri hanya bias dicapai dengan peningkatan output
agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus menerus. Dalam pemahaman ekonomi
makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang bearti peningkatan PN.
3.3 Pertumbuhan Ekonomi Selama Orba hingga Saat Ini
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha
keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa
lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah
keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun,” kata Emil Salim,
mantan menteri pada pemerintahan Suharto. Orang yang dulu dikenal sebagai salah
seorang Emil Salim penasehat ekonomi presiden menambahkan langkah pertama yang
diambil Suharto, yang bisa dikatakan berhasil, adalah mengendalikan inflasi
dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya dua tahun. Untuk menekan
inflasi yang begitu tinggi, Suharto membuat kebijakan yang berbeda jauh dengan
kebijakan Sukarno, pendahulunya. Ini dia lakukan dengan menertibkan anggaran,
menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi pasar, memperhatikan sektor
ekonomi, dan merangkul negara-negara barat untuk menarik modal. Setelah itu di
keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan
ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu
pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan,
seperti :
a. Rendahnya penerimaan Negara
b. Tinggi dan tidak efisiennya
pengeluaran Negara
c. Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi
kredit bank
d. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri
penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2.
Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
3.
Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan
tersebut maka ditempuh cara:
- Mengadakan operasi pajak
- Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan
perorangan dan kekayaan dengan
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang
Perekonomian di masa sekarang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
·
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi
perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan
PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah,
sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil.
·
Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid
dengan IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU
No.23 tahun 1999 mengenai bank Indonesai, penerapan otonomi daerah (kebebasan
daerah untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus
tertunda.
·
Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah
yang membuat investor asing menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.
·
Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan
merosot hingga 300 poin, dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan
daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam negeri.
3.4 Faktor-faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi
Indonesia
v Permintaan
dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan
permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang
akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan
penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran
barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaa dengan tingkat
harga tertentu Konsumsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
nasional Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka
perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat
pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan
pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan
output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat
pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan
harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan
menambah pengangguran.
v Konsumsi
dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh
barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari
pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan,
dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes
yang dikenal dengan yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika
dihubungkan dengan pendapatan.
v Investasi
Pengeluaran untuk
investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
kesimpulan dari makalah ini yaitu, sistem merupakan suatu
“organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek) serta perangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah
sistem dapat berupa masyarakat, untuk suatu sistem sosial, makhluk hidup dan
benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau sistem lingkungan, barang atau
alat, untuk suatu peralatan, data, atau kumpulan fakta, untuk suatu sistem
informasi atau bahkan kombinasi dari subjek-objek tersebut.
Referensi
v
wikipedia
Indonesia